Swift

Memahami Istilah Engagement di Media Sosial


Pada dua ulasan sebelumnya, kita membahas tentang jenis media sosial dan tahapan yang penting diperhatikan untuk mengelolanya. Saat mengelola media sosial, salah satu yang perlu diperhatikan adalah menentukan ukuran performa akun media sosial yang dikelola.
Tolak ukur paling mudah biasanya jumlah pengikut (followers). Jika pada hari pertama akun kita mendapat 10   followers, lalu   bertambah  jadi 100  pekan  berikutnya   & 500 followers  pada akhir bulan pertama; kita bisa merasa puas dan berpikir kalau performa akun kita di media sosial tergolong baik.
Namun, untuk memastikan bahwa konten yang kita sajikan benar-benar efektif dan relevan dengan pengikut akun media sosial kita, ada parameter lain yang penting dan mungkin lebih perlu diperhatikanketimbang pertumbuhan jumlah pengikut; yaitu tingkat interaksi terhadap konten di media sosial yang kita kelola. Sebutan akrabnya, bobot engagement.
Engagement secara sederhana berarti komunikasi dua arah, yang menurut pakar komunikasi Wilbur Schramm (pada 1954) adalah komunikasi interaksional.
Kunci dari komunikasi interaksional ini adalah umpan balik (feedback) atau tanggapan terhadap pesan atau konten tertentu. Pentingnya feedback ini juga diungkapkan praktisi pemasaran online dan penulis beberapa buku tentang media sosial Jason Falls, melalui artikel tentang engagement di media sosial (2012).
Ia menyebutkan kalau hasil komunikasi yang baik adalah jika audiens memberikan perhatian dalam bentuk respon.
Terkait hal itu, ahli statistik internet dan penulis tentang komunikasi digital, Avinash Kaushik, pernah menulis bahwa fitur interaksi media sosial terbagi menjadi 3 (tiga) kategori:
  • Conversation: Aktivitas percakapan di antara pengguna.
  • Amplification: Aktivitas penyebaran atau perluasan pesan.
  • Applause: Aktivitas respon singkat lewat fitur seperti like, love, emoji, sampai klik.

Lewat banyak artikel lain terkait pemasaran digital yang merujuk pada pandangan Avinash Kaushik itu, tiga kategori itu diyakini sebagai elemen untuk mengukur rasio keterlibatan atau interaksi (engagement) dalam kegiatan di media sosial.
Dan tiga kategori itu juga memang pas jadi poros utama fitur pada layanan media sosial, seperti pada contoh di tabel berikut ini:
Memahami Apa itu Content Marketing
Mengukur ketiga elemen di atas bisa jadi dasar untuk kita mengukurtingkat engagement di media sosial,  yang mungkin lebih penting dari sekadar memantau pertumbuhan jumlah pengikut.

Bagaimana cara mengukurnya?
  • 10 komentar (comments)
  • 10 share
  • 24 likes
  • 5 klik
Berikut ini, contoh perhitungan untuk mengukur engagement di media sosial:
Anggap, pada 1 (satu) bulan, akun yang dikelola brand tertentu menerbitkan 12 konten di Facebook dan menghasilkan total  1.200 reach organik.
Dan 12 konten tersebut, menghasilkan respon berikut:
Yang berarti, total aktivitas responnya adalah 39.
Maka untuk mengetahui rasio engagement pada konten media sosial bulan itu adalah, (total aktivitas respon/engagement : total views/reach) x 100%
Berdasarkan contoh di atas, (39 : 1.200) x 100% = 3,25%
Begitulah dasar pengukuran rasio interaksi engagement dari konten di media sosial. Dari situ, yang perlu disasar adalah persentase engagement yang makin tinggi dari waktu ke waktu.
Karena, bisa jadi konten yang dilihat 1.000 orang dan aktif memberikan respon, lebih baik ketimbang dilihat 100.000 orang namun tidak merespon konten sama sekali. Meski, kembali lagi, tergantung objective atau tujuan yang ditetapkan.

0 komentar